NTELISIK BATANG 2017 Desa pacet ,Reban ,Batang

NTELISIK BATANG 2017
            Batang merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah yang cukup luas. Jika dilihat dari keadaan tipografinya, kabupaten Batang terbagi atas menjadi tiga bagian, yakni tipografi pegunungan, dataran rendah, dan pesisir. Berangkat dari rasa keingintahuan tentang potensi alam, budaya, dan kearifan lokal daerah pegunungan di Batang, maka mahasiswa Batang Yogyakarta yang tergabung dalam Forum Silaturahmi Mahasiswa Batang Yogyakarta (FORSIMBA) berinisiatif mengadakan kegiatan bernamakan “Ntelisik Batang”.
            Kata “ntelisik” sendiri memiliki arti menyusuri atau menjelajah suatu daerah untuk mengetahui isi di dalamnya. FORSIMBA memutuskan untuk mengadakan kegiatan Ntelisik Batang tahun 2017 ini di Desa Pacet, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang pada hari Jumat sampai dengan Sabtu, tanggal 27 – 28 Januari 2017. Rangkaian kegiatan ini terdiri atas diskusi tentang  budaya dan kearifan lokal Desa Pacet, pengenalan teh dan kopi asli Batang, serta sosialisasi Bank Sampah. FORSIMBA juga mengundang teman-teman mahasiswa, para pemuda dan masyarakat Desa Pacet untuk belajar bersama dalam kegiatan Ntelisik Batang ini.
            Kegiatan ini dibuka oleh kepala Desa Pacet, Ibu Sri Widayanti sekaligus menjelaskan bahwa Desa Pacet berada di ketinggian 1600 mdpl (meter di atas permukaan laut) dan memiliki perkebunan teh seluas 35 hektar milik masyarakat dan dikelola oleh masyarakat Desa Pacet sendiri. Sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani teh serta hasil perekonomian utama masyarakat bersumber dari penjualan teh.
            Selain memiliki teh, Pacet juga memiliki potensi alam lain diantaranya kopi, pinus, damar, krangean, dan jipang (labu siam). Perlu kita ketahui bahwa kopi Pacet adalah kopi arabica, yang terdiri atas beberapa jenis yaitu arabica Timika (Jawa asli), arabica Kartika, dan arabica Landungsari (Kate). Kopi Pacet ternyata sudah masuk kelas nasional, dimana meraih penghargaan sebagai kopi arabica paling diminati masyarakat no. 8 se Indonesia.
            Kemudian, hampir sebagian besar masyarakat menanam jipang (labu siam) karena mudah ditanam dan kondisi tanahnya sangat cocok untuk ditanami tanaman tersebut. Daun jipang dapat dimanfaatkan menjadi bahan makanan, begitu juga dengan buahnya. Daun dan buahnya dapat disayur bersama dengan sayur lainnya. Masyarakat Desa Pacet memiliki keinginan untuk membuat grubi dari jipang dan membuat manisan jipang. Karena dapat meningkatkan hasil perekonomian masyarakaat, serta menarik peminat untuk membeli jipang dari Desa Pacet.
            Pacet disebut sebagai “negeri kabut” karena hampir setiap saat kabut menyelimuti seluruh wilayah Pacet dan ini merupakan salah satu momen langka yang tidak mudah dijumpai di Kabupaten Batang. Kabut yang menyelimuti hamparan kebun teh juga dapat digolongkan sebagai potensi wisata di Desa Pacet. Kemudian Pacet memiliki sebuah air terjun yang termasuk air terjun tertinggi di Kabupaten Batang, yaitu “curug Macan Kumbang” dengan tinggi 35 meter. Untuk menuju kesana kita harus menyusuri perkebunan teh terlebih dahulu dengan jalan setapak. Pemandangan yang disuguhkan sangat menarik karena kita dapat melihat luasnya hamparan kebun teh dan hutan rimba yang masih alami. Air di curug Macan Kumbang sangat sejuk dan menyegarkan. Disana sedang dibangun musholla, toilet, dan gardu pandang untuk meningkatkan peminat yang akan datang ke curug. Di Desa Pacet juga masih dibangun sebuah rumah pohon Sijeruk yang sekarang masih dalam tahap pembangunan dan pembersihan lahan.  
            Tidak hanya itu, disana terdapat sebuah batu besar yang disebut dengan batu tapak atau batu jlampar yang konon katanya terdapat tapak raksasa dan tapak harimau diatasnya. Batu ini terletak diantara pohon pinus di jalan menuju pemukiman warga. Menurut warga setempat, lokasi tersebut masih sakral dan mistis.
            Bicara soal kebudayaan, Batang memiliki ciri khas sendiri untuk minum teh dan kopi. Dimana biasanya ketika kita menyeduh teh atau kopi langsung menaruh gula pasir di dalam gelas, kemudian diaduk bersama teh atau kopi yang kita buat tersebut. Lain halnya dengan budaya ngeteh dan ngopi di Batang, teh dan kopi yang kita seduh tidak serta merta diberikan gula didalamnya. Kita menggunakan gula aren yang telah dipotong kecil-kecil kemudian digigit, kemudian kita meminum teh atau kopi yang telah kita seduh. Mas Weko, salah satu pakar teh dan kopi Batang menjelaskan bahwa, kenikmatan yang dirasakan memang berbeda jika kita minum teh atau kopi menggunakan gula pasir. Namun, sangat disayangkan karena kebudayaan tersebut hampir luntur karena kebanyakan kita memilih sesuatu hal yang praktis, yakni dengan menggunakan teh gelasan maupun teh celup untuk sehari-hari. Kemudian harga gula aren yang cukup melambung dan sulit ditemukannya gula aren yang murni juga menjadi faktor lunturnya budaya tersebut.
            Saat ini Desa Pacet sedang dicanangkan untuk menjadi salah satu desa wisata di Kabupaten Batang. Sudah tidak diragukan lagi potensi alam yang ada disana, namun persoalan utama sebagai destinasi wisata yaitu sampah. Terkadang pengunjung membuang sampahnya sembarangan, tanpa memperhatikan efek yang akan ditimbulkan. Pihak panitia mengundang bank sampah “Klawen Asri”, salah satu bank sampah yang eksis di Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang untuk memberikan pencerahan dari permasalahan tersebut. Menurut narasumber, hendaknya pihak pengelola wisata menyediakan beberapa tempat sampah yang berbeda, yaitu tempat sampah organik dan non-organik. Dimana tempat sampah non-organik dibagi lagi menjadi sampah kertas, kaca, plastik berwarna, plastik bening, dan plastik hitam. Dari pengelompokan sampah tersebut juga dibedakan pengolahan sampah yang dilakukan. Sampah organik dapat dibuat sebagai kompos, sampah non-organik dapat didaur ulang ataupun dijual. Dari penjualan sampah ini setidaknya mampu menambah pendapatan Desa Pacet. Dengan tempat bersih juga tercipta suasana yang sejuk dan nyaman, juga menghindari adanya bencana alam.
Acara Ntelisik Batang juga dihadiri tamu istimewa yaitu ibu bupati Batang Ibu Budi Prasetyawati. Beliau menyampaikan bahwa alam Batang memang sangat indah, banyak potensi yang ada didalamnya. Hendaknya kita bangga terhadap wilayah kita sendiri, jangan malu sebagai wong Batang dan sebagai pemuda alangkah baiknya kita mengeksplore wisata yang ada di Batang, jangan melulu pergi ke luar kota.
Masyarakat Pacet masih memperjuangkan pembangunan pabrik teh rakyat di Desa Pacet. Karena sampai saat ini mereka mendapatkan penghasilan dari penjualan daun teh kepada PT Pagilaran dan sejumlah pabrik teh di Pekalongan. Jika permintaan menurun, otomatis penjualan dan penghasilan pun menurun. Mereka mengharapkan adanya pabrik teh yang dapat digunakan untuk mengolah teh sendiri, sehingga ada produk teh yang mereka hasilkan. Untuk saat ini, ada beberapa masyarakat yang mengolah teh sendiri dari pemetikan hingga proses selesai masih menggunakan cara manual, karena belum ada satupun mesin pengolah teh yang terdapat di Desa Pacet.
            Dengan adanya hal ini, masyarakat berharap pemerintah mampu memahami keadaan yang ada dan memberikan perhatian kepada Desa Pacet. Pengelolaan obyek wisata juga sangat diperlukan karena masih banyak potensi wisata lainnya yang masih terpendam yang semestinya dapat dieksplorasi dengan maksimal.
           

            

Komentar

Postingan populer dari blog ini

URGENSI ADMINISTRASI DALAM SUATU ORGANISASI

‘’Wajah Batang yang terancam”